Kata sebagian orang : “Sulit untuk menjelaskan sesuatu yang sudah
jelas”. Istilah pacaran adalah sebuah istilah yang sudah sangat akrab
ditelinga serta lengket dalam pandangan mata. Namun saya masih agak
kesulitan untuk mendefinisikannya. Mudahan-mudahan tidak salah kalau
saya katakan bahwa setiap kali istilah ini disebut maka yang terlintas
dibenak kita adalah sepasang anak manusia –tertama kawula muda dan para
remaja- yang tengah dilanda cinta dan dimabuk asmara, saling
mengungkapkan rasa sayang, cinta dan rindu, yang kemudian akhirnya
biduk ini akan menuju pada pantai pernikahan.
Inilah
paling tidak anggapan dan harapan sebagian pelakunya. Namun ada satu
hal yang banyak luput dari banyak kalangan bahwa segala sesuatu itu ada
etika dan aturannya, kalau masuk terminal saja ada aturannya, akankah
masalah cinta yang kata sebagian orang “suci” ini tanpa aturan?
Cinta Tabiat Anak Manusia: Jangan Dibunuh, Jangan pula Diumbar!
Alloh Ta’ala berfirman :
“Dijadikan
indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang dia ingini,
yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup didunia. Dan disisi Alloh lah tempat kembali yang baik.”
(QS. Ali Imron : 14)
Inilah
tabiat dan fithroh kita sebagai anak Adam. Anak cinta orang tua, orang
tua cinta anak, kita cinta pada uang, kaum hawa cinta pada perhiasan
de el el. Begitu pula cinta pada lawan jenis, semua diantara kita yang
laki-laki mencintai wanita dan yang wanita cinta laki-laki, barang
siapa yang tidak memilikinya maka dipertanyakan kejantanan dan
kefemininannya. Setuju nggak ???
Bila si Cinta dengan Gaun Merah Jambu itu Hadir!!
Saya
tidak tahu persis sejak kapan warna merah jambu dan daun waru
dinobatkan sebagai lambang cinta, apapun jawabannya, itu tidak terlalu
penting bagi kita. Namun yang sangat penting adalah bahwasannya bila
masa kanak-kanak itu telah beranjak pergi meninggalkan kehidupan kita,
lalu kitapun menyandang predikat baru sebagai remaja untuk menyongsong
kehidupan manusia dewasa yang mandiri. Ada sesuatu yang terasa hadir
mengisi indahnya hidup ini. Itulah cinta. Yang jelas cinta ini bukan
lagi cinta pada mainan atau jajan bungkusan anak-anak, namun cinta pada
sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Saat itu tersenyumlah seraya
berucap : “Selamat datang cinta.”
Kasihan si Cinta: Sering Dijadikan kambing Hitam!
Cinta
adalah sesuatu yang agung, Dengan cinta seorang yang pengecut menjadi
pemberani, orang yang bakhil menjadi dermawan, yang bodoh menjadi
pintar, menjadikan orang pandai merangkai kata dan tulisan. Begitulah
kira-kira yang diungkapkan para dokter cinta. Oleh karena jangan
salahkan cinta, kasihan dia. Bukankah karena cinta seseorang bisa masuk
sorga. Suatu hari ada seseorang bertanya kepada Rosululloh tentang
kapan terjadi hari kiamat, namun beliau malah balik bertanya : “Apa
yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya ?” Dia menjawab :
.”Cinta Alloh dan Rosul Nya.” maka beliaupun menjawab : “Engkau bersama
orang yang engkau cintai.” Maka Anas bin Malik perowi hadits ini pun
berseru gembira : “Demi Alloh, Saya mencintai Rosululloh, Mencintai Abu
Bakr dan Umar, maka saya berharap untuk bisa bersama mereka disurga,”
(Bukhori Muslim)
Cinta itu akan menjadi sangat agung
kalau diletakkan pada tempatnya, namun bisa menjadi bencana kalau
disalah gunakan. Oleh karena itu berhati-hatilah.
Cinta kepada Alloh: Rabb Semesta Alam
Cukuplah bagi kita merenungi ayat berikut :
“Sesunguhnya
orang-orang yang beriman yaitu adalah orang-orang yang ketika disebut
nama Alloh maka bergetarlah hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya
maka bertambahlah iman mereka karenanya. Dan kepada Robbnya mereka
bertawakkal.”
(Al Anfal : 2)
Bertanyalah
pada diri kita masing-masing, hatimu bergetar saat disebut nama-Nya
ataukah nama nya ??? “Mintalah fatwa pada dirimu sendiri” begitulah kata
Rosululloh.
Bukankah cinta ini yang menjadikan Handlolah
meninggalkan malam pertamanya untuk pergi perang lalu meninggal dalam
keadaan masih junub ? Bukankah cinta ini yang menjadikan Bilal bin
Robah mampu menahan derita yang tak terkira ? begitu pulalah Ammar bin
Yasir, Kholid bin Walid dan lainnya.
Cinta Kepada Rasululloh
Lelaki
agung itu, yang meskipun beliau sudah meninggal 14 abad yang lalu ,
namun masih kita rasakan cinta dan kasihnya. Lihatlah gambaran Al Qur’an
ini :
“Sungguh telah datang pada kalian, seorang rosul
dari kalangan kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian,
sangat menginginkan keselamatan bagi kalian, amat belas kasihan, lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
(At Taubah : 128)
oleh karena itu tidak mengherankan kalau beliau bersabda :
“Tidak
sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sehingga saya lebih
dia cintai dari pada cintanya pada orang tuanya, anak-anaknya dan semua
manusia.”(Bukhori Muslim)
Cinta pada sunnahnya, itulah
bentuk cinta pada beliau. Sangat ironis sekali ummat islam sekarang yang
mana setiap kali disebut sunnah beliau, maka mereka dengan langsung
memprotes : “Kan Cuma sunnah ???” lalu kalau tidak sunnah beliau mau
sunnah siapa?
Firman Alloh :
“Sungguh ada bagi kalian pada diri Rosululloh suri tauladan yang baik.”
Cinta karena Alloh
Akhi,
Ukhti, saya mencintaimu karena Alloh.” Begitulah Rosululloh
mengajarkan ummatnya untuk cinta ada orang lain karena Alloh, dalam
artian kalau orang itu semakin membuat kita dekat pada Nya maka
cintailah dia, dan begitu pula sebaliknya kalau ada orang yang semakin
menjauhkan kita dari Nya, maka jauhilah dia. Bukankah orang yang
melakukannya akan merasakan manisnya iman dan akan mendapatkan mimbar
cahaya yang diingingkan oleh para Nabi dan Syuhada’ ???
Mencintai tokoh idola anda, juga lakukan atas dasar cinta pada Alloh dan Rosulnya.
Itulah Agungnya Cinta: Jangan Diperkosa!
“Pemerkosaan
arti cinta” -maaf kalau kalimat ini kedengaran kasar- namun itulah
kenyataannya. Betapa banyak wanita yang menyerahkan mahkota hidupnya
kepada orang yang belum berhak lalu dia berucap ini sebagai tanda
cintaku padanya, sebaliknya betapa banyak kaum laki-laki yang harus
melakukan kemaksiatan atas nama cinta. Subhanalloh !!! akankah cinta
kita pada Alloh Dzat yang Maha Agung dikalahkan oleh cinta pada
seseorang yang berasal dari air mani yang kotor, saat hidupnya selalu
membawa kotoran, dan saat meninggal pun akan berubah menjadi sesuatu
yang sangat menjijikkan ??? Malulah pada Nabiyulloh Yusuf Alaihis Salam,
yang mampu mempertahankan kehormatannya dihadapan seorang wanita
cantik, kaya raya, bangsawan lagi. Jangan engkau berkata : “Diakan
seorang Nabi ?.” karena kisah serupa pun dialami oleh Abdur Rohman bin
Abu Bakr, Muhammad al Miski dan lainnya
TIDAK!!! Islam Tidak Mengharamkan Cinta, Islam Hanya Mengaturnya!
Islam
sebagai agama paripurna, tidak membiarkan satupun masalah tanpa
aturan. Lha wong cara berpakaian, mandi, buang air dan hal-hal kecil
lainnya ada aturanya, maka bagaimana mungkin urusan cinta yang menjadi
keharusan hidup manusia normal akan tanpa aturan. Itu mustahil.
Benarlah Salman Al Farisi tatkala ditanya : “Apakah nabimu sudah
mengajarkan segala sesuatu sampai masalah adab buang air besar ? maka
beliau menjawab : Ya, Rosululloh sudah mengajarkannya, beliau melarang
kami untuk menghadap dan membelakangi kiblat dan memerintahkan kami
untuk beristinjak dengan tiga batu dan melarang kami untuk beristinjak
dengan kotorang dan tulang.”
Alloh Berfirman :
“Pada Hari ini telah kusempurnakan agama kalian, dan telah Ku sempurnakan nikmatku kepadamu dan Aku rela islam sebagai agamamu.”
(Al Maidah : 3)
Oleh
karena itu kalau mau bercinta alias pacaran, saya tawarkan sebuah
‘pacaran islami’ biar berpahala. Setuju nggak? selamat mencoba!
Ada beberapa aturan yang harus dipenuhi kalau mau berpacaran yang ‘islami’ yaitu :
1.Menutup aurot
Firman Alloh Ta’ala :
Hai
Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mu’min “Hendaknya mereka menjulurkan pakaiannya
keseluruh tubuh mereka” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu.”
(QS. Al Ahzab : 59)
Bahkan saking pentingnya masalah ini, Rosululloh juga mengaturnya walaupun antar jenis.
Dari Abu Said Al Khudri berkata : “Rosululloh bersabda :
“Janganlah seorang laki-laki itu melihat aurat laki-laki dan jangan seorang wania melihat aurat wanita.”
(H.R. Muslim)
2.Menundukkan pandangan
Firman Alloh Ta’ala :
“Katakanlah
kepada orang-orang mu’min laki-laki agar mereka menundukkan sebagian
pandangan mereka serta menjaga kemaluan mereka.”
“Dan katakan kepada para wanita mu’minah, agar mereka menundukkan sebagian pandangan mereka dan menjaga farji mereka.”
(QS. An Nur : 30,31)
Dari
Jarir bin Abdillah berkata : “Saya bertanya pada Rosululloh tentang
pandangan yang mendadak tak sengaja, maka beliau memerintahkanku untuk
memalingkan pandangan itu.” (Muslim)
3.Tidak bersolek ala jahiliyah
Firman Alloh Ta’ala :
“Dan menetaplah kalian dalam rumah-rumah kalian, dan janganlah bersolek seperti bersoleknya orang-orang jahiliyah yang dahulu.”
QS. Al Ahzab : 33)
Dari
Abu Huroiroh berkata : “Rosululloh bersabda : “Ada dua golongan
manusia ahli neraka yang saya belum pernah melihatnya, yang pertama :
orang-orang yang memegang cambuk untuk memukul orang lian, yang kedua :
Para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka berlenggak lenggok,
kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak akan pernah masuk surga
dan tidak akan mendapatkan bau surga, padahal bau surga itu dapat
tercium dari jarak sekian dan sekian.”
(Muslim)
Alangkah meruginya orang yang semacam ini !!!
4.Ada pembatas antara laki-laki dan wanita
Firman Alloh Ta’ala :
Dan
apabila kalian meminta sesuatu pada mereka (para istri Rosululloh )
maka mintalah dari balik hijab. Karena yang demikan itu lebih suci bagi
hati kalian serta bagi hati mereka.”
(QS.Al Ahzab : 53)
5.Jangan berdua-duaan, karena yang ketiganya adalah setan
Begitulah kira-kira bunyi hadits Rosululloh riwayat imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Huroiroh dengan sanad hasan
6.Jangan lembutkan ucapan
Firman Alloh Ta’ala :
“Janganlah
kalian (Para wanita) melembutkan ucapan, sehingga akan rakus
orang-orang yang punya penyakit hati, namun ucapkanlah yang baik.” (QS.
Al Ahzab : 32)
7.Kulitmu masih haram bagiku
Dari Ma’qil bin Yasar berkata : Rosululloh bersabda :
“Seandainya
ditusuk pada kepala salah seorang kalian dengan jarum besi panas, maka
itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”
(HR. Thobroni, Lihat As Shohihah : 226)
Saudaraku, kalau anda mampu memenuhi syarat ini, teruskan pacaran anda.
Namun
kalau tidak, maka pilihlah engkau lebih mencintai dia ataukah Alloh
yang telah menciptakanmu, memberimu rizqi, melimpahkan kasih sayangNya
padamu dan memberimu hidayah menjadi orang islam ???
Segera
tinggalkan transaksi harammu itu, sebelum kemurkaan Alloh benar-benar
datang. Atau saya punya usul , bagaimana kalau engkau cepat-cepat
menikah, itupun kalau engkau sudah siap. Bagaimana ???
STOP!! Ini Bukan Area Anda! Jangan Berzina!!
Jangan
ada yang berfikir bahwasannya yang terlarang dalam islam hanyalah zina
dalam pengertian masuknya timba dalam sumur sebagaimana bahasa hadits
Rosululloh. Namun yang terlarang adalah semua hal yang mendekati pada
perzinaan tersebut. Perhatikanlah firman Alloh :
“Janganlah kalian mendekati zina”
Juga Sabda Rosululloh saw :
“Sesungguhnya
Alloh telah menetapkan pada setiap anak adam bagianya dari zina yang
pasti akan menemuinya, zinanya mata adalah memandang, zinanya lisan
adalah berucap, jiwa dengan berharap dan berkhayal, yang semua itu
dibenarkan atau didustakan oleh kemaluan.”
(Bukhori Muslim)
Hamil dulu baru nikah atau nikah dulu baru hamil?
Hamil
setelah pernikahan yang sah adalah sebuah kebanggaan dan keagungan,
semua orang yang memasuki biduk pernikahan pasti menginginkan kehamilan
istrinya. Banyak klinik yang mengaku bisa mengobati kemandulan adalah
salah satu buktinya.
Di sisi lain, wanita yang hamil tanpa tahu harus kemana dia harus memanggil “Suamiku” akan sangat gelisah.
Masyarakat
yang terkadang dholim akan bisa dengan segera memaafkan laki-laki yang
berbuat kurang ajar itu, namun tidak terhadap wanita. Dia akan
menanggung aib itu sepanjang zaman dan akan terkenallah ia sebagai
wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya.
Begitulah yang dikatakan oleh Syaikh Ali Ath Thonthowi.
Kalau
dia menikah kelak, bukankah suaminya akan dengan mudah mengatakan :
“Sudah berapa laki-laki yang tidur denganmu sebelum menikah denganku ?
Anak yang terlahir, dia akan terlahir sebagai anak yang tidak di harapkan kehadirannya, Tidak ada sentuhan kasih dan sayang.
Dari
sisi Fiqh, Imam Ahmad bin Hambal dan lainnya mengatakan bahwa wanita
hamil dari hasil perzinaan tidak boleh dinikahi selama hamil, dan kalau
sudah terlanjur dinikahi maka harus diadakan pernikahan ulang.
Peringatan Penting Bagi yang masih Punya hati…
Anda kepingin mendapatkan seorang pasangan hidup yang baik, setia, sholih dan sholihah ??? perhatikanlah resep Ilahi ini :
??????????????
??????????????? ?????????????? ??????????????? ??????????????
??????????????? ?????????????? ????????? ???????????? ?????? ??????????
?????? ?????????? ???????? ???????
“Wanita yang jelek
untuk laki-laki yang jelek, lelaki yang jelek untuk wanita yang jelek,
begitu pula dengan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan lelaki
yang baik untuk wanita yang baik.”
(QS. An Nur : 26)
Kata para ulama’ : “Balasan itu sejenis dengan amal perbuatannya.”
Akan
menjadi sebuah mimpi disiang bolong kalau anda menginginkan istri
seperti Fathimah binti Abdul Malik kalau anda tidak bisa menjadi Umar
bin Abdul Aziz.
Jangan pula mimpi bersuamikan Ali bin Abi
Tholib kalau engkau tidak menjadi Fathimah binti Muhammad. Perbaikilah
dirimu dahulu sebelum engkau berharap mendapatkan pasangan hidup yang
engkau idamkan !!!
Jangan Katakan ini!
Jangan engkau berkata padaku :
“Aku
berpacaran kan untuk tahap penjajagan, biar saling memahami karakter
masing-masing, sehingga tidak akan terjadi penyesalan setelah memasuki
maghligai pernikahan, karena bagaimanapun juga kegagalan dalan
berpacaran jauh lebih ringan daripada kegagalan dalam pernikahan.”
Jangan engkau katakan itu padaku, karena itu hanyalah topengmu belaka.
Tanyalah
pada dirimu sendiri apakah engkau selama pacaran, mencoba untuk
memahami masing-masing dan belajar untuk menjadi suami istri yang baik?
Ataukah
yang engkau lakukan adalah berusaha menjadi baik saat berada dekat
sang pacar? Bukankah ini sebuah penipuan kepribadian ??? persis kayak
penjual yang takut ditinggal pembeli, yang mana ia harus berusaha untuk
tampil lebih baik dari yang sebenarnya.
Lalu apa yang
engkau sisakan nanti kalau memasuki dunia pernikahan, bukankah semuanya
sudah engkau rasakan ? saling memadu rasa kasih sayang, mengungkapkan
rasa cinta, berjalan bareng, nonton bareng, rekreasi bareng, bahkan
mungkin hubungan suami istripun sudah dilakukan. Lalu apa yang akan
engkau sisakan setelah menikah ??? malam pertamamu akan terasa hambar,
tidak ada yang beda pada malam itu karena semua sudah dilakukan, bahkan
mungkin akan terasa pahit, karena selama ini engkau berhubungan bukan
cuma berdua, tapi bertiga, Yah …. Engkau bersama setan yang selalu
membumbui semua kemaksiatan menjadi kenikmatan.
Bandingkan
dengan yang malam pertamanya adalah benar-benar malam pertama. Dan
bulan madunya benar benar semanis madu. Ah !!! saya tidak mau terlalu
jauh mengenang masa-masa indah itu ….. kasihan yang belum nikah, he… he …
Jangan Anggap Ini Keras!
Mungkin ada diantara kalian yang berkata : “ustadznya terlalu keras.”
Wahai
saudaraku seiman !!! cobalah renungkan kembali ayat-ayat dan hadits
diatas dengan pikiran jernih, kepala dingin dan penuh rasionalitas, lalu
ambilah kesimpulan, manakah yang keras ??? bukankah itu semua tuntutan
syariat agama yang kita anut bersama ?
Atau
jangan-jangan engkau sedang kena penyakit mag sehingga nasi yang lembek
pun terasa keras, itulah kemungkinan yang paling dekat. Hatimu sedang
berpenyakit, sehingga engkau merasa sakit dan keras dengan sesuatu yang
sebenarnya lembek. Bukankah Rosululloh bersabda :
“Saya diutus untuk membawa syariat yang lurus dan mudah.”
(Bukhori Muslim)
Penutup
Dipenghujung
tulisan ini, saya teringat bahwa beberapa hari lagi kita memasuki
bulan Romadlon. Belajar dari orang yang berpuasa yang dia menahan lapar
dahaga sehari penuh, namun saat berbuka, akan terasa sangat nikmat air
putih meskipun tanpa gula.
Inilah puasa panjang syahwat kita, yang akan engkau rasakan nikmatnya tatkala engkau berbuka dimaghligai pernikahan.
Saat melalui puasa panjang ini laluilah dengan :
Banyak berdzikir, menyebut kebesaran Ilahi
Sabar dan sholatlah
Ikutilah kajian-kajian keagamaan
Bertemanlah dengan orang-orang sholih yang akan menolongmu tegar dalam jalan Nya
Sibukkan diri dengan aktivitas surgawi
Kalau masih kebelet juga, perbanyaklah puasa karena sesunguhnya puasa adalah benteng yang kokoh.
Ya
Alloh, tunjukkanlah kepada kami sebuah kebenaran itu sebagai sesuatu
yang benar dan berilah kami kekuatan untuk menjalankannya. Dan
tunjukkanlah kepada kami sebuah kesalahan itu sebagai sesuatu yang salah
dan berilah kami kekuatan untuk meninggalkannya.
diambil dari http://nuraurora.wordpress.com/
Wa akhiru da’wana ‘anil Hamdi lillahi Robbil Aalamiin
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh,,,,.
TIPS “PACARAN YANG ISLAMI”
1. Jangan berduaan dengan pacar di tempat sepi, kecuali ditemani mahram dari sang wanita (jadi bertiga)
“Janganlah
seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita
kecuali bersama mahromnya…”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341, Lihat
Mausu’ah Al Manahi Asy Syari’ah 2/102]
“Tidaklah seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya“ (HSR.Tirmidzi)
2. Jangan pergi dengan pacar lebih dari sehari semalam kecuali si wanita ditemani mahramnya
“Tidak
halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk
bepergian sehari semalam tidak bersama mahromnya.” [HR Bukhori: 1088,
Muslim 1339]
3. Jangan berjalan-jalan dengan pacar ke tempat yang jauh kecuali si wanita ditemani mahramnya
“…..jangan bepergian dengan wanita kecuali bersama mahromnya….”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341]
4.
Jangan bersentuhan dengan pacar, jangan berpelukan, jangan meraba,
jangan mencium, bahkan berjabat tangan juga tidak boleh, apalagi
yang lebih dari sekedar jabat tangan
”Seandainya kepala seseorang
di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh
wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thobroni
dalam Al-Mu’jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283,
lihat Ash Shohihah 1/447/226)
Bersabda Rasulullahi Shallallahu
‘alaihi wassallam: “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan
wanita.” [HR Malik 2/982, Nasa’i 7/149, Tirmidzi 1597, Ibnu Majah
2874, ahmad 6/357, dll]
5. Jangan memandang aurat pacar, masing-masing harus memakai pakaian yang menutupi auratnya
“Katakanlah
kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan
pandangannya dan menjaga kemaluannya..” (Al Qur’an Surat An Nur ayat
30)
“…zina kedua matanya adalah memandang….” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)
6. Jangan membicarakan/melakukan hal-hal yang membuat terjerumus kedalam zina
“Dan
janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek” (Al Qur’an Surat Al
Isra 32)
“Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua
kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan
zinanya adalah mencium.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud)
7. Jangan menunda-nunda menikah jika sudah saling merasa cocok
“Wahai
para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah,
maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih
membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka
hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi
dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).
“Yang paling banyak
menjerumuskan manusia ke-dalam neraka adalah mulut dan kemaluan.”
(H.R. Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih.)
WARNING:
sebenarnya
banyak ulama dan ustadz yang mengharamkan pacaran, misalnya saja
ustadz Muhammad Umar as Sewed. jadi sebaiknya segera menikahlah dan
jangan berpacaran…
Bagi yang sudah terlanjur berbuat dosa
maka bertaubatlah dan jangan putus asa, Allah pasti mengampuni
hambanya yang bertaubat dan memohon ampun…
SUMBER : www.facebook.cm
Senin, 18 Juni 2012
NIKAH DULU BARU PACARAN ( PACARAN ISLAMI )
Selasa, 12 Juni 2012
Makna Fasik
Imam Abu Ja’far At-Thabari menerangkan:
“Makna kata ‘fasiq’ secara bahasa, dalam dialek masyarakat Arab adalah الخروجُ عن الشيء: keluar dari sesuatu. Karena itu, tikus gurun dinamakan fuwaisiqah [Arab: فُوَيْسِقة] karena dia sering keluar dari tempat persembunyiannya. Demikian pula orang munafik dan orang kafir disebut orang fasik. Karena dua orang ini telah keluar dari ketaatan kepada Allah. Karena itu, Allah menyifati iblis dengan firman-Nya:
إِلا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
“Kecuali iblis (tidak mau sujud), dia termasuk golongan jin, dan dia berbuat fasik terhadap perintah Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi, 50)Maksud kalimat “dia berbuat fasik” keluar dari ketaatan kepada-Nya dan tidak mengikuti perintahnya. (Tafsir At-Thabari, 1:409)
Makna Fasik Secara Istilah
Syaikh Utsaimin memberi penjelasan:
الفاسق هو الخارج عن طاعة الله ورسوله
Fasiq adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-NyaFasiq ada dua:
- Fasik besar, yaitu kufur
- Fasik kecil
Contoh fasik akbar adalah firman Allah sebagaimana di surat As-Sajdah,
أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا
يَسْتَوُونَ ( ) أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَى نُزُلًا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ( )
وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ كُلَّمَا أَرَادُوا
أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ
النَّارِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ
“Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang
fasik? Mereka tidak sama. (18) Adapun orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai
pahala terhadap apa yang mereka kerjakan. (19) Dan adapun orang-orang
yang fasik (kafir)
maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar
daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada
mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” (QS. As-Sajdah: 18 – 20)Fasik dalam ayat ini maknanya adalak kekafiran, karena Allah kontraskan dengan iman dan diberi ancaman dengan siksa abadi di neraka.
Sedangkan fasik kecil, adalah perbuatan kefasikan yang tidak sampai pada derajat kekafiran. Misalnya firman Allah:
وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“… tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu
benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Mereka itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al-Hujurat: 7)Allah dalam ayat ini menyebutkan kekafiran, kemudian kefasikan, dan maksiat. Artinya tiga hal ini berbeda. Dan kefasikan dalam ayat ini adalah fasik kecil, artinya bukan kekufuran.
Fasik kecil inilah makna perkataan para ulama, bahwa di antara syarat persaksian itu diterima, orang yang bersaksi bukan termasuk orang fasik. Para ulama membuat kaidah:
لا تقبل شهادة الفاسق
“Persaksian orang fasik tidak boleh diterima.”Maknanya adalah fasik kecil, yaitu pelaku dosa besar.
Diterjemahkan secara bebas dari ceramah Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin
Sumber: http://ar.islamway.com/fatwa/6615
Jumat, 08 Juni 2012
KAFIR LAKNATULLAH
Dalam banyak hadits disebutkan bahwa nabi saw selalu memerintah umat
islam untuk berbeda dengan orang-orang kafir, baik dalam kehidupan
sehari-hari seperti cara berpakaian, makan-minum, pergaulan dan
sebagainya, maupun dalam masalah ibadah, nabi selalu berkata: khaalifuu
al yahuud (berbedalah dengan orang-orang
yahudi). Oleh karena itu pada bulan muharram, selain memerintah untuk
berpuasa pada hari asyura' yaitu tanggal sepuluh muharram, nabi juga
memerintah untuk berpuasa tanggal sembilan, hal ini agar tidak sama
dengan orang yahudi, karena mereka juga berpuasa pada tanggal sepuluh,
sebagai rasa syukur kepada Allah swt. atas diselamatkannya nabi Musa as.
dari kejaran Fir'aun. Begitu pula nabi memerintahkan untuk memanjangkan
jenggot, dan memotong kumis, dalam rangka berbeda dengan orang-orang
yahudi, sebagaimana beliau memerintah kita untuk shalat memakai sandal,
karena orang-orang yahudi dan nasrani tidak memakai sandal. Dan masih
banyak hal lain dimana rasulullah saw. memerintahkan umat islam agar
berbeda dengan orang-orang kafir. Sebelum itu Allah swt. juga melarang
umat islam mengikuti jejak langkah orang-orang kafir, sebagaimana firman
Allah: "Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah
diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang fasik". (QS.al hadid ayat 16). Juga
firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian
mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa diantara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim" (QS. al maidah: 51). Namun yang sangat
disayangkan, walau sudah diperingatkan dan dilarang dalam al-Qur'an dan
hadits-hadits nabi saw, agar tidak mengikuti jejak langkah orang-orang
kafir, kenyataannya masih banyak, dan bahkan banyak sekali orang-orang
islam yang masih selalu mengikuti jejak langkah orang-orang kafir, dan
itu sudah diprediksi oleh nabi saw dalam sebuah hadits: "Sungguh kalian
akan mengikuti jejak langkah orang-orang sebelum kalian selangkah demi
selangkah, hingga apabila mereka memasuki lubang dhab(biawak), niscaya
kalian mengikutinya. Para sahabat bertanya, apakah maksudnya orang-orang
yahudi dan nasrani? Beliau berkata: siapa lagi kalau bukan mereka."
(HR. Bukhari Muslim). Rupanya hadits nabi di atas sekarang sudah
menjadi kenyataan, dimana antara orang islam dan orang kafir sulit
dibedakan, hal ini karena orang-orang islam sudah banyak yang mengikuti
jejak langkah orang-orang kafir, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam acar ritual keagamaan, pada hari natal dan tahun baru misalnya,
yang merayakan bukan hanya orang-orang yang beragama nasrani, akan
tetapi banyak umat islam yang ikut merayakan, baik yang langsung maupun
sekedar mengucapkan selamat natal. Di bulan februari banyak anak muda
dari kaum muslimin yang ikut merayakan hari valentine yang disebut
sebagai hari kasih sayang, yang notabene merupakan syi'ar dari agama
nasrani. Sebab-sebab orang islam ikut merayakan hari besar orang-orang
kafir. Ada beberapa sebab mengapa sebagian orang islam ikut merayakan
hari besar orang-orang kafir, di antaranya: 1. Pengetahuan mereka yang
sangat minim terhadap ajaran agama islam, sehingga tidak bisa membedakan
mana yang merupakan ajaran islam dan mana yang bukan. 2. Sebagian
mungkin tahu bahwa itu adalah hari besar orang-orang kafir, namun tidak
tahu kalau islam melarang ikut merayakannya. 3. Suka menikuti trend
atau apa yang lagi tenar dan baru tanpa memikirkan apakah tindakannya
benar atau salah, berguna atau tidak. Beberapa bentuk dalam mengikuti
perayaan tersebut: Setiap agama apapun namanya dan bentuknya, mempunyai
suatu hari yang diagungkan dan dirayakan, ada yang memang berasal dari
ajaran mereka, dan ada juga yang mereka ciptakan sendiri, baik sebagai
ritual keagamaan atau sekedar tradisi, dan hal ini bisa dijelaskan
sebagai berikut: - Pertama: peringatan keagamaan yang dimaksudkan untuk
ibadah, seperti hari natal atau kelahiran nabi Isa as. dan lainnya,
dimana banyak umat islam yang ikut merayakannya sebagimana yang terjadi
diberbagai belahan dunia islam, sebagian ada yang hadir karena memenuhi
undangan orang-orang kafir, baik dari teman kerjanya, teman politik,
relasi, atau dengan maksud dan tujuan lainnya. Keikutsertaan dalam
peringatan keagamaan ini bagi umat islam jelas haram hukumnya dan
dihawatirkan bisa menyebabkan keluar dari agama islam. - Kedua:
peringatan hari-hari yang mana asalnya merupakan syi'ar orang-orang
kafir, kemudian berubah menjadi tradisi yang mendunia, seperti moment
olympiade, konon pada awalnya olympiade ini berasal dari hari besar
orang yunani kemudian berubah menjadi ajang lomba olah raga
internasional, namun nuansa ritulnya masih kelihatan, walaupun banyak
yang tidak memperhatikan dan menyadarinya, seperti dalam acara pembukaan
yang kelihatannya begitu sakral, hal ini ditambah lagi dengan penyalaan
api olympiade yang di arak keliling yang mirip dengan pemyembahan
terhadap api. Adapun bentuk keikut sertanan dalam moment tersebut, bisa
dengan mengirim tim ke sana, atau mengadakan pelaksanaanya di Negara
islam. Ikut serta dalam momen ini juga tidak boleh karena beberapa hal:
a. Karena olympiade ini pada asalnya merupakan hari besar orang
yunani seperti telah disebutkan di atas, bahkan termasuk salah satu hari
besar terpenting orang yunani. b. Nama peringatan tersebut tidak
berubah dari nama asalnya ketika masih merupakan peringatan keagamaan.
Adapun pada ahirnya berubah menjadi ajang lomba olahraga, hal ini tidak
menghilangkan, sifatnya sebagai hari keagamaan, berdasarkan hadits nabi
saw yang diriwayatkan oleh Tsabit bin ad Dhahhak ra berkata: Pada masa
rasulullah saw ada seseorang yang bernadzar akan menyembelih unta di
suatu tempat yang bernama bawwanah lalu ia datang kepada nabi saw dan
berkata kepada beliau: sungguh aku telah bernadzar akan menyembelih unta
di bawwanah, maka nabi saw berkata: "Apakah dulu di sana ada salah satu
berhala orang jahiliyah yang disembah?" Para sahabat berkata: tidak,
nabi bertanya lagi: "Apakah dulu di sana pernah diadakan peringatan hari
keagamaan mereka?" Sahabat berkata: tidak, maka nabi saw berkata:
"laksanakanlah nadzarmu, karena tidak boleh melaksanakan nadzar dalam
kemaksiatan kepada Allah, dan tidak pula pada suatu hal yang tidak bisa
dilakukan oleh manusia". (HR. Abu Daud). Dalam hadits ini nabi
menanyakan tentang asal-usul dan sejarah suatu tempat, apakah di sana
pernah ada berhala orang kafir, atau pernah diadakan prosesi keagamaan?
Kalau iya, maka tidak boleh menyembelih unta di tempat tersebut. Jadi
nabi memperhatikan asal-usul dan sejarah suatu hal, sedangkan olympiade
pada awalnya merupakan peringatan keagamaan orang yunani. Ibnu taimiyah
berkata: "ini berarti bahwa suatu tempat yang merupakan tempat hari
besar mereka tidak boleh dijadikan tempat menyembelih walaupun
bernadzar, begitu juga tempat berhala mereka … dan jelas hal itu berarti
mengagungkan tempat yang diagungkan oleh mereka, atau menghidupkan
syi'ar mereka … kalau tempat perayaan mereka dilarang, apalagi dengan
perayaan itu sendiri?". Dalam masalah olympiade, bukan hanya masalah
waktu dan tempatnya saja, malainkan merupakan peringatan itu sendiri,
dengan asal nama dan acara pelaksanaannya, dimana dilakukan penyalaan
api olympiade yang merupakan syi'ar peringatan, begitu pula waktunya,
karena dahulu orang yunani melakukannya empat tahun sekali, demikian
pula sekarang juga dilakukan empat tahun sekali. Jadi ikut serta dalam
momen ini, berarti ikut serta dalam peringatan mereka, dan mengadakannya
di negera islam merupakan adopsi peringatan tersebut ke Negara islam.
Ketiga: Hari-hari atau minggu-minggu yang diciptakan oleh orang-orang
kafir, hal ini ada dua macam: 1. sesuatu yang berasal dari agama
orang kafir kemudian berubah menjadi tradisi yang berkaitan dengan
maslahat duniawi seperti hari buruh yang diciptakan oleh para penyembah
pohon. Ini juga tidak boleh dilakukan oleh umat islam, karena berasal
dari hari besar orang kafir. 2. sesuatu yang tidak berasal dari
agama, seperti hari kesehatan internasional, hari pembebasan buta huruf
dan lain-lain. Pada dasarnya melakukan suatu tradisi orang kafir tidak
dibolehkan, namun kalau tradisi tersebut tidak berasal dari agama
mereka, dan ada manfaatnya bagi kemanusiaan secara umum, dan tidak
menjadi syi'ar agama tertentu maka hal ini tidak ada salahnya orang
islam melakukannya. Keempat: termasuk meniru orang-orang kafir dalam
masalah hari-hari besar adalah, merayakan hari besar islam seperti idul
fitri dan idul adha dengan meniru cara-cara orang kafir dalam merayakan
hari besar mereka, seperti merayakan idul fitri dan idul adha dengan
pesta-pora, dengan nyanyian dan musik, atau mengadakan panggung gembira,
dan sebagainya. ini tidak dibenarkan dalam islam, karena islam
mengajarkan kita merayakan ied dengan ibadah kepada Allah, bukan dengan
maksiat. Wajibnya menghindariperayaan orang-orang kafir: A. Tidak
mengadiri peryaan mereka. Ulama sepakat bahwa menghadiri hari besar
orang kafir dan meniru mereka dalam perayaan ini hukumnya haram,
berdasarkan dalil-dalil berikut: 1. Dalil-dalil yang melarang
menyerupai orang kafir, sebagimana disebutkan sebagiannya di atas. 2.
ijma' (consensus) para sahabat dan tabiin, dimana tidak satupun di
antara mereka yang ikut serta dalam acara keagaam orang-orang kafir,
padahal pada waktu itu di madinah terdapat orang-orang yahudi yang
tentunya mereka melaksanakan acara-acara ritual keagamaan mereka pada
waktu-waktu tertentu, bahkan Umar ra melarang orang-orang ahli kitab
melakukan kegiatan keagamaan di negara islam. B. Tidak boleh meniru apa
yang dilakukan orang-orang kafir dalam hari raya mereka walaupun tidak
ikut serta merayakan. Ibnu Taimiyah berkata: ((tidak halal bagi umat
islam meniru apa saja yang merupakan ciri khas hari raya mereka, baik
makanan, pakaian, mandi, menyalakan api, meninggalkan kegiatan
keseharian baik pekerjaan maupun ibadah, dan tidak boleh melakukan
makan-makan, memberi hadiah, atau menjual barang-barang yang dipakai
untuk merayakan hari besar mereka, tidak boleh juga membiarkan anak-anak
ikut bergembira atau berpakaian yang bagus. Tegasnya, pada waktu hari
raya orang kafir, umat islam tidak boleh melakukan acara husus, akan
tetapi melakukan aktifitas sebagaimana hari-hari biasa)) lihat: majmu'
fatawa 52/923. C. Tidak memberi hadiah kepada mereka, atau membantu
kebutuhan hari raya mereka dengan jual beli, ibnu taimiyah berkata: ((
tidak halal bagi umat islam menjual sesuatu untuk keperluan hari raya
mereka, baik daging, bahan makanan, maupun pakaian, dan tidak boleh
memberi pinjam kendaraan, atau membantu apapun untuk keperluan hari raya
mereka, karena hal tersebut termasuk mengagungkan kesyirikan mereka,
dan membantu mereka dalam kekufuran)). Iqtidha' 2/625. Abu Hafsh al
hanafi berkata: "barangsiapa yang menghadiahkan sebuah telur kepada
orang musyrik karena mengagungkan hari raya mereka, maka ia telah kafir"
(fathul bari 2/315). D. Tidak memberi ucapan selamat kepada mereka di
hari raya mereka. Ibnu Qayyim berkata bahwa memberi ucapan selamat
kepada orang kafir pada hari raya mereka haram, karena itu berarti
membenarkan mereka dalam kekufuran. E. Tidak menghususkan puasa pada
hari raya mereka, karena hari raya mereka merupakan hari yang mereka
agungkan, maka menghususkan puasa pada hari raya mereka, juga termasuk
pengagungan terhadapnya. Lain halnya kalau seandainya seseorang
mempunyai kebiasaan puasa pada hari-hari tertentu, lalu kebetulan pada
hari itu bertepatan dengan hari raya orang kafir, maka hal ini tidak
apa-apa. Begitu pula ibadah-ibadah yang lain, tidak boleh melakuan
ibadah husus pada hari raya mereka, seperti shalat, muhasabah dan
lainnya, karena itu juga termasuk ikut merayakan atau mengangungkan hari
tersebut. (Dikutip dari majallah al bayan no 143).
Rabu, 06 Juni 2012
Fitnah Dunia (Realita & Solusi)
-------------------------- ---------
Segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna, yang memiliki sifat dan asmaul husna. Dia yang menjadikan pada setiap keadaan yang dialami oleh seorang mu'min tiada lepas dari ni'mat maupun hikmah. Dia bebankan ibadah kepada hamba-Nya sebatas kemampuan yang mereka miliki, padahal itu merupakan kebutuhan mereka, namun Dia pula yang akan memberikan pahalanya; sekalipun mereka banyak lupa dan lalai, namun luas ampunan-Nya tiada terbatas.
Mughirah bin Habib ketika ditanya: Bagaimana kabarmu pagi ini ?
Ia menjawab:
أَصْبَحْنَا مُغْرَقِينَ فِي النِّعَمِ مُوَقَّرِينَ مِنَ الشُّكْرِ يَتَحَبَّبُ إِلَيْنَا رَبُّنَا وَهُوَ عَنَّا غَنِيٌّ، وَنَتَمَقَّتُ إِلَيْهِ وَنَحْنُ إِلَيْهِ مُحْتَاجُونَ
"Pagi ini kami telah tenggelam dalam kenikmatan, akan tetapi berat rasanya untuk bersyukur, (Allah) Tuhan kami begitu mencintai kami padahal ia tidak butuh kepada kami, sementara kami sering membuat-Nya murka padahal kami sangat butuh kepada-Nya". (Hilyatul Auliya': 6/248)
Akhir zaman…, merupakan masa yang diliputi cobaan dan tantangan, keimanan seseorang benar-benar dipertaruhkan guna menghadapi kancah yang berakhir dengan keberuntungan husnul khotimah atau kerugian fatal suu'ul khotimah –wal 'iyadzu billah-. Oleh karenanya ilmu syari'at merupakan harga mati bagi setiap insan yang mengharapkan kesuksesan, sebaliknya semakin jauh ilmu tersebut, maka akan semakin berbahaya akibatnya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:
(( يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ ))
"Akan datang suatu masa, pada saat itu orang yang sabar (dalam mempertahankan) agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api" (HR. Tirmidzi dan dishohihkan oleh Asy-Syekh Al-Albani).
Beliau Shalallahu alaihi wasallam juga memberitahukan:
(( لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ ))
"Tiada datang suatu zaman melainkan yang datang setelahnya lebih buruk dari sebelumnya, hingga kalian menghadap (Allah) Tuhan kalian " (HR. Bukhori).
Al hafidz Ibnu Hajar : menyimpulkan ma'na hadits ini setelah menukil banyak pendapat para ahli hadits dengan menukil pernyataan Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu:
لَسْتُ أَعْنِي رَخَاءً مِنَ الْعَيْشِ يُصِيبُهُ وَلَا مَالًا يُفِيدُهُ, وَلَكِن لَا يَأْتِي عَلَيْكُم يَوْم الا وَهُوَ أَقَلُّ عِلْمًا مِنَ الْيَوْمِ الَّذِي مَضَى قَبْلَهُ, فَإِذَا ذَهَبَ الْعُلَمَاءُ اسْتَوَى النَّاسُ, فَلَا يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا يَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ, فَعِنْدَ ذَلِكَ يَهْلَكُونَ
"Aku tidak maksudkan kemewahan hidup atau sesuatu yang tidak bermanfaat, akan tetapi tidaklah datang sebuah zaman melainkan ilmu yang datang setelahnya lebih sedikit, jika para ulama telah meninggal, manusia-pun setara. Mereka tidak mengajak kepada kebaikan dan tidak mencegah dari kemungkaran, ketika itulah mereka akan binasa".
Dalam riwayat yang lain Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu menegaskan:
أَمَا إِنِّي لَا أَعْنِي أَمِيرًا خَيْرًا مِنْ أَمِيرٍ وَلَا عَامًا خَيْرًا مِنْ عَامٍ وَلَكِنْ عُلَمَاؤُكُمْ وَفُقَهَاؤُكُمْ يَذْهَبُونَ ثُمَّ لَا تَجِدُونَ مِنْهُمْ خَلَفًا وَيَجِيءُ قَوْمٌ يُفْتُونَ بِرَأْيِهِمْ
"Aku tiada maksudkan penguasa yang satu lebih baik dari yang lain, suatu tahun lebih baik dari tahun yang lain, akan tetapi ahli ilmu dan fiqih kalian yang akan meninggal, kemudian kalian tidak mendapatkan pengganti mereka, hingga datanglah sebuah kaum yang berfatwa dengan pendapat mereka (semata)". (Fathul bari: 13/21).
Semakin jauh kita dari zaman nubuwwah (kenabian), semakin jarang pula ilmu yang benar dengan banyak wafatnya para ulama', keadaan buruk ini diperparah dengan banyaknya al ghozwul fikriy (perang pemikiran) melalui berbagai macam sarana, hingga jelaslah dengan nyata di hadapan kita keterasingan agama ini, beserta para pemeluknya, sunnah pun dikatakan perkara baru, yang baru dikatakan sunnah.
Jauh-jauh hari sahabat Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu menuturkan:
"Bagaimana keadaan kalian nanti jika sebuah fitnah menimpa, sehingga orang tua lekas pikun, anak kecil cepat dewasa, mereka menjadikannya sebuah sunnah, sehingga ketika fitnah itu hendak dirubah, merekapun memekik: akankah sunnah ini dirubah? ".(Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 7/452).
Oleh karenanya Syekh Abdus salam Barjas menegaskan dalam tulisannya bahwa kita sedang berada pada zaman yang tak lepas dari dua kenyataan:
1. Minimnya pengetahuan tentang agama.
2. Tersebarnya pemikiran-pemikiran yang melenceng dari kebenaran. (Mu'amalatul hukkam, hal. 15).
Saudaraku…! Allah Taala tidak terlalu banyak menuntut kita, setidaknya dalam menghadapi sisa-sisa umur dunia, kita perbaiki ketakwaan kepada-Nya, karena banyak sekali orang menasihatkan ketakwaan, namun sedikit saja orang yang merealisasikan, sebagaimana telah diingatkan oleh Umar bin Abdul Aziz. Inilah yang perlu kita tanamkan agar ketakwaan tersebut tercapai, benar apa yang diucapkan Ibnu Rojab:"Dasar dari ketaqwaan (dengan artian menghindar dari penyebab murka Allah) adalah seseorang mengetahui apa yang harus dihindari, baru kemudian menghindar darinya".
Sejatinya ketakwaan itu bukan hanya sebatas ibadah yang khusyu', maupun adab dan sopan santun saja, akan tetapi ia adalah tauhid, ia juga dipahami dengan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wasallam yang menyeluruh, seperti apa yang dijelaskan oleh sahabat Ibnu Mas'ud ketika ditanya tentang orang-orang yang bertaqwa, beliaupun menjawab:
قَوْمٌ اتَّقَوُا الشِّرْكَ وَعِبَادَةَ الْأَوْثَانِ، وَأَخْلَصُوا لِلَّهِ بِالْعِبَادَةِ
"(Mereka adalah) sekelompok orang yang menghindari kesyirikan maupun penyembahan berhala, sedangkan mereka memurnikan ibadah hanya kepada AllahTaala ".
Thalq bin Habib : memberikan pengertian takwa dengan perkataannya:
أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللَّهِ, عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ, تَرْجُو ثَوَابَ اللَّهِ، وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللَّهِ, عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ, تَخَافُ عِقَابَ اللَّهِ
"Engkau berbuat taat kepada Allah, sesuai dengan cahaya (petunjuk) dari-Nya, sambil mengharap pahala-Nya, engkau tinggalkan pula segala bentuk ma'siat, sesuai dengan cahaya (petunjuk) dari-Nya, dengan diiringi rasa takut akan siksa-Nya". (Lihat pembahasan takwa dalam kitab Jami'ul ulum wal hikam hal. 400).
Ternyata kemudahan itu cobaan.
-------------------------- ------------
Banyak orang sukses ketika Allah Taala uji dengan musibah, kekurangan maupun kesulitan, akan tetapi alangkah jarang kesuksesan tersebut ketika ujian itu berupa kelapangan rizqi, kemudahan dan kebahagiaan, bahkan untuk menyadarinyapun jarang. Padahal kedua hal ini bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, hanya tergantung sikap penerimanya. Allah Taala berfirman artinya:
"Dan Kami ujikan kepada kalian keburukan dan kebaikan sebagai cobaan".(QS. Al-Anbiya': 35).
Lebih dari itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam memberikan penegasan yang selayaknya dicerna oleh sebagian orang yang hanya menilai kesuksesan dari sisi materi, bahkan mereka menjadikannya sebagai sebab penting keterpurukan Islam, betapa gamblangnya hadits ini memberikan penilaian:
(( وَاللَّهِ لاَ الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ ))
"Aku tidaklah khawatir kemiskinan yang menimpa kalian, akan tetapi aku justru khawatir akan dibentangkan dunia, kemudian kalian berebut untuk mendapatkannya seperti orang-orang sebelum kalian, hingga dunia itu membinasakan kalian sebagaimana sebelumnya telah membinasakan mereka" (Muttafaqun Alaih). Bersambung... (Oleh : Emha Hasan Ayatullah Lc)
http://www.facebook.com/ pages/ STDI-Imam-Syafii-Jember/ 171540336202400
--------------------------
Segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna, yang memiliki sifat dan asmaul husna. Dia yang menjadikan pada setiap keadaan yang dialami oleh seorang mu'min tiada lepas dari ni'mat maupun hikmah. Dia bebankan ibadah kepada hamba-Nya sebatas kemampuan yang mereka miliki, padahal itu merupakan kebutuhan mereka, namun Dia pula yang akan memberikan pahalanya; sekalipun mereka banyak lupa dan lalai, namun luas ampunan-Nya tiada terbatas.
Mughirah bin Habib ketika ditanya: Bagaimana kabarmu pagi ini ?
Ia menjawab:
أَصْبَحْنَا مُغْرَقِينَ فِي النِّعَمِ مُوَقَّرِينَ مِنَ الشُّكْرِ يَتَحَبَّبُ إِلَيْنَا رَبُّنَا وَهُوَ عَنَّا غَنِيٌّ، وَنَتَمَقَّتُ إِلَيْهِ وَنَحْنُ إِلَيْهِ مُحْتَاجُونَ
"Pagi ini kami telah tenggelam dalam kenikmatan, akan tetapi berat rasanya untuk bersyukur, (Allah) Tuhan kami begitu mencintai kami padahal ia tidak butuh kepada kami, sementara kami sering membuat-Nya murka padahal kami sangat butuh kepada-Nya". (Hilyatul Auliya': 6/248)
Akhir zaman…, merupakan masa yang diliputi cobaan dan tantangan, keimanan seseorang benar-benar dipertaruhkan guna menghadapi kancah yang berakhir dengan keberuntungan husnul khotimah atau kerugian fatal suu'ul khotimah –wal 'iyadzu billah-. Oleh karenanya ilmu syari'at merupakan harga mati bagi setiap insan yang mengharapkan kesuksesan, sebaliknya semakin jauh ilmu tersebut, maka akan semakin berbahaya akibatnya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:
(( يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ ))
"Akan datang suatu masa, pada saat itu orang yang sabar (dalam mempertahankan) agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api" (HR. Tirmidzi dan dishohihkan oleh Asy-Syekh Al-Albani).
Beliau Shalallahu alaihi wasallam juga memberitahukan:
(( لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ ))
"Tiada datang suatu zaman melainkan yang datang setelahnya lebih buruk dari sebelumnya, hingga kalian menghadap (Allah) Tuhan kalian " (HR. Bukhori).
Al hafidz Ibnu Hajar : menyimpulkan ma'na hadits ini setelah menukil banyak pendapat para ahli hadits dengan menukil pernyataan Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu:
لَسْتُ أَعْنِي رَخَاءً مِنَ الْعَيْشِ يُصِيبُهُ وَلَا مَالًا يُفِيدُهُ, وَلَكِن لَا يَأْتِي عَلَيْكُم يَوْم الا وَهُوَ أَقَلُّ عِلْمًا مِنَ الْيَوْمِ الَّذِي مَضَى قَبْلَهُ, فَإِذَا ذَهَبَ الْعُلَمَاءُ اسْتَوَى النَّاسُ, فَلَا يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا يَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ, فَعِنْدَ ذَلِكَ يَهْلَكُونَ
"Aku tidak maksudkan kemewahan hidup atau sesuatu yang tidak bermanfaat, akan tetapi tidaklah datang sebuah zaman melainkan ilmu yang datang setelahnya lebih sedikit, jika para ulama telah meninggal, manusia-pun setara. Mereka tidak mengajak kepada kebaikan dan tidak mencegah dari kemungkaran, ketika itulah mereka akan binasa".
Dalam riwayat yang lain Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu menegaskan:
أَمَا إِنِّي لَا أَعْنِي أَمِيرًا خَيْرًا مِنْ أَمِيرٍ وَلَا عَامًا خَيْرًا مِنْ عَامٍ وَلَكِنْ عُلَمَاؤُكُمْ وَفُقَهَاؤُكُمْ يَذْهَبُونَ ثُمَّ لَا تَجِدُونَ مِنْهُمْ خَلَفًا وَيَجِيءُ قَوْمٌ يُفْتُونَ بِرَأْيِهِمْ
"Aku tiada maksudkan penguasa yang satu lebih baik dari yang lain, suatu tahun lebih baik dari tahun yang lain, akan tetapi ahli ilmu dan fiqih kalian yang akan meninggal, kemudian kalian tidak mendapatkan pengganti mereka, hingga datanglah sebuah kaum yang berfatwa dengan pendapat mereka (semata)". (Fathul bari: 13/21).
Semakin jauh kita dari zaman nubuwwah (kenabian), semakin jarang pula ilmu yang benar dengan banyak wafatnya para ulama', keadaan buruk ini diperparah dengan banyaknya al ghozwul fikriy (perang pemikiran) melalui berbagai macam sarana, hingga jelaslah dengan nyata di hadapan kita keterasingan agama ini, beserta para pemeluknya, sunnah pun dikatakan perkara baru, yang baru dikatakan sunnah.
Jauh-jauh hari sahabat Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu menuturkan:
"Bagaimana keadaan kalian nanti jika sebuah fitnah menimpa, sehingga orang tua lekas pikun, anak kecil cepat dewasa, mereka menjadikannya sebuah sunnah, sehingga ketika fitnah itu hendak dirubah, merekapun memekik: akankah sunnah ini dirubah? ".(Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 7/452).
Oleh karenanya Syekh Abdus salam Barjas menegaskan dalam tulisannya bahwa kita sedang berada pada zaman yang tak lepas dari dua kenyataan:
1. Minimnya pengetahuan tentang agama.
2. Tersebarnya pemikiran-pemikiran yang melenceng dari kebenaran. (Mu'amalatul hukkam, hal. 15).
Saudaraku…! Allah Taala tidak terlalu banyak menuntut kita, setidaknya dalam menghadapi sisa-sisa umur dunia, kita perbaiki ketakwaan kepada-Nya, karena banyak sekali orang menasihatkan ketakwaan, namun sedikit saja orang yang merealisasikan, sebagaimana telah diingatkan oleh Umar bin Abdul Aziz. Inilah yang perlu kita tanamkan agar ketakwaan tersebut tercapai, benar apa yang diucapkan Ibnu Rojab:"Dasar dari ketaqwaan (dengan artian menghindar dari penyebab murka Allah) adalah seseorang mengetahui apa yang harus dihindari, baru kemudian menghindar darinya".
Sejatinya ketakwaan itu bukan hanya sebatas ibadah yang khusyu', maupun adab dan sopan santun saja, akan tetapi ia adalah tauhid, ia juga dipahami dengan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wasallam yang menyeluruh, seperti apa yang dijelaskan oleh sahabat Ibnu Mas'ud ketika ditanya tentang orang-orang yang bertaqwa, beliaupun menjawab:
قَوْمٌ اتَّقَوُا الشِّرْكَ وَعِبَادَةَ الْأَوْثَانِ، وَأَخْلَصُوا لِلَّهِ بِالْعِبَادَةِ
"(Mereka adalah) sekelompok orang yang menghindari kesyirikan maupun penyembahan berhala, sedangkan mereka memurnikan ibadah hanya kepada AllahTaala ".
Thalq bin Habib : memberikan pengertian takwa dengan perkataannya:
أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللَّهِ, عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ, تَرْجُو ثَوَابَ اللَّهِ، وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللَّهِ, عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ, تَخَافُ عِقَابَ اللَّهِ
"Engkau berbuat taat kepada Allah, sesuai dengan cahaya (petunjuk) dari-Nya, sambil mengharap pahala-Nya, engkau tinggalkan pula segala bentuk ma'siat, sesuai dengan cahaya (petunjuk) dari-Nya, dengan diiringi rasa takut akan siksa-Nya". (Lihat pembahasan takwa dalam kitab Jami'ul ulum wal hikam hal. 400).
Ternyata kemudahan itu cobaan.
--------------------------
Banyak orang sukses ketika Allah Taala uji dengan musibah, kekurangan maupun kesulitan, akan tetapi alangkah jarang kesuksesan tersebut ketika ujian itu berupa kelapangan rizqi, kemudahan dan kebahagiaan, bahkan untuk menyadarinyapun jarang. Padahal kedua hal ini bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, hanya tergantung sikap penerimanya. Allah Taala berfirman artinya:
"Dan Kami ujikan kepada kalian keburukan dan kebaikan sebagai cobaan".(QS. Al-Anbiya': 35).
Lebih dari itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam memberikan penegasan yang selayaknya dicerna oleh sebagian orang yang hanya menilai kesuksesan dari sisi materi, bahkan mereka menjadikannya sebagai sebab penting keterpurukan Islam, betapa gamblangnya hadits ini memberikan penilaian:
(( وَاللَّهِ لاَ الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ ))
"Aku tidaklah khawatir kemiskinan yang menimpa kalian, akan tetapi aku justru khawatir akan dibentangkan dunia, kemudian kalian berebut untuk mendapatkannya seperti orang-orang sebelum kalian, hingga dunia itu membinasakan kalian sebagaimana sebelumnya telah membinasakan mereka" (Muttafaqun Alaih). Bersambung... (Oleh : Emha Hasan Ayatullah Lc)
http://www.facebook.com/
Sabtu, 02 Juni 2012
AGAR MALAEKAT MENDEKAT
Ada
dua makhluk Allah yang selalu berebut mendekati manusia. Setiap pagi
dan petang dua makhluk ini bersaing untuk merebut hati manusia. Jika
yang satu dekat, maka yang lain menyingkir. Tak bisa keduanya kompromi,
apalagi bersatu. Kedua makhluk itu tak lain adalah malaikat dan syetan.
Sebagian Ulama salaf berkata : "Saat seorang hamba memasuki pagi,
malaikat dan syetan berlomba memperebutkannya. Jika hamba tersebut
ingat, berdzikir, bertakbir dan bertahmid kepada Allah seraya berkata La Ilaaha Illallah,
maka syetan terusir jauh dan melarikan diri. Tetapi jika pada pagi itu
hamba tersebut berucap yang lain, maka malaikat itu pergi darinya dan
syetanlah yang menemani orang ini."
Selamanya kedua makhluk ini tak pernah berada dalam satu tempat yang
sama dan dalam waktu yang satu. Keduanya bagai daun talas dan air, tak
pernah bertemu. Hal ini sesuai juga dengan kondisi jiwa manusia. Jiwa
atau hati manusia itu hanya bisa ditempati salah satu diantara dua
sifat. Jika kebaikan yang bersemayam di hati manusia, maka kejahatan
akan sirna. Begitu juga sebaliknya. Allah berfirman :
"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya." (Q.S. al-Ahzab: 4).
Tak mungkin dalam waktu yang sama keimanan bercampur dengan kekafiran
dalam hati seseorang. Tak mungkin kebaikan menyatu dengan kejahatan
dalam hati manusia. Ketika seseorang melakukan perzinahan, maka pada
saat peristiwa itu imannya telah lenyap dari dadanya. Ketika seseorang
mencuri, maka pada saat mencuri sebenarnya imannya telah sirna.
Rasulullah bersabda :
"Tiada seorang berzinah selagi dia mukmin, tiada seorang mencuri
selagi dia mukmin, dan tiada seorang minum khamr pada saat minum dia
mukmin." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Demikianlah keadaan hati manusia, dan demikian pula malaikat dan syetan.
Malaikat hanya dekat pada manusia ketika ia sedang dalam keadaan baik.
Sedang syetan hanya bisa mendekati manusia pada saat ia jahat.
Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya pada malaikat ada lamatan terhadap hati anak Adam, dan
pada syetan juga ada lamatan. Maka lamatan yang ada pada malaikat adalah
keinginan untuk mengembalikan kepada kebaikan, dan mempercayai
kebenaran janji. Sedang lamatan yang terdapat pada syetan adalah
mengembalikan pada kejahatan dan mendustakan kebenaran." (H.R. Tirmidzi).
Malaikat sesuai tugasnya adalah melayani manusia. Sebagaimana dahulu
malaikat bersujud kepada Nabi Adam, bapak manusia, maka sampai kini
mereka juga tetap tunduk kepada manusia selagi manusia tersebut layak
dilayaninya. Allah belum pernah mem-PHK malaikat dari tugasnya ini.
Jumlah malaikat itu sangat banyak, sehingga berapapun banyaknya manusia
pasti terlayani. Makhluk suci ini siap menemani manusia selagi manusia
ingin berteman dengannya. Akan tetapi jika tidak, maka malaikatpun
enggan menemaninya.
Tidak ada teman yang paling baik melebihi berteman dengan malaikat.
Mereka paling setia memberikan nasihat dan mendatangkan kebaikan dan
ketentraman jiwa. Sungguh merupakan kelalaian bila ada diantara kita
yang menyia-nyiakan berteman dengannya.
Orang yang menyia-nyiakan berteman dengan malaikat adalah mereka yang
suka terhadap maksiat. Bila seseorang melakukan kemaksiatan, maka
berarti ia merenggangkan hubungannya dengan malaikat. Ia telah membuat
jarak, sehingga malaikat menjauh darinya. Jauh dekatnya jarak ini
ditentukan oleh sedikit banyaknya, atau besar kecilnya maksiat yang
dilakukan manusia. Semakin besar maksiat yang dilakukan seseorang, maka
semakin jauh jaraknya dengan malaikat.
Dusta, misalnya, adalah merupakan maksiat yang cukup besar bobotnya.
Karenanya malaikat segera menghindar dari orang tersebut sejauh-jauhnya.
Dalam sebuat atsar disebutkan : Bila seorang hamba itu berdusta, maka malaikat menjauhkan diri dari padanya sekitar satu mil, karena baunya yang busuk.
Dan bila ini hanya terjadi satu kedustaan semata, maka apakah yang
terjadi terhadap kejelekkan yang lebih besar dari itu dan lebih buruk?
Ini suatu peringatan yang sangat penting bagi kita yang mendambakan
persahabatan dengan malaikat, bukan dengan jin dan syetan. Persahabatan
dengan makhluk terakhir ini tidak mendatangkan apa-apa kecuali kerugian
semata. Allah mengingatkan kita dalam sebuah firman-Nya :
"Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedangkan Allah menjanjikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q.S. al-Baqarah: 268).
Jangan sampai ada diantara kita yang berkeinginan untuk berteman dengan
syetan, baik yang terdiri dari anusia maupun jin. Sungguh merupakan
suatu kebodohan jika ada orang yang rela dan senang berteman dengan jin
syetan ini. Karena pergaulan ini tidak bermanfaat bagi manusia.
Pergaulan ini justru menjadikan jin bertambah sombong saja. Allah
berfirman :
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, sehingga mereka
menjadikan jin itu bertambah sombong." (Q.S. al-Jin: 6).
Berbeda halnya dengan berteman dengan malaikat. Pertemanan ini sungguh
sangat menguntungkan manusia, sebab malaikat suci itu tidak punya
kepentingan apa-apa kecuali ingin mengembalikan manusia pada jalur
kebenaran. Ia adalah teman yang selalu menasehati manusia jika hendak
melakukan penyimpangan. Mereka juga selalu memintakan ampunan jika
terlanjur orang itu melakukan dosa dan kesalahan.
Selagi manusia istiqamah dalam memegang komitmen keislamannya, maka
malaikat akan setia menemaninya sampai akhir hayatnya. Pada saat suka
maupun duka, malaikat selalu hadir menemaninya. Allah berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : 'Tuhan kami ialah Allah'
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka (dengan mengatakan) : 'Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan Allah kepadamu'. Kamilah Pelindung-pelindungmu
dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang
kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta." (Q.S. Fushilat: 30-31).
Betapa banyaknya masalah hidup yang membuat hati kita getir
menghadapinya, baik masalah kita sendiri maupun masalah orang yang
menjadi tanggung jawab kita. Kita sering gusar, gelisah dan takut
menghadapinya. Pada saat-saat semacam ini malaikat menghampiri kita,
menghibur dengan ucapan lembut, jangan takut, jangan bersedih, dan
bergembiralah. Duhai, alangkah indahnya.
Inilah teman yang paling banyak memberi manfaat lagi bersih.
Malaikat-malaikat itu memperkokoh iman, meneguhkan perasaan, dan
mengajari kebaikan. Allah berfirman :
"(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat.
'Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang
yang telah beriman'. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam
hati rang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah
tiap-tiap ujung jari mereka." (al-Anfal: 12).
Satu hal yang sangat penting adalah kehadiran malaikat pada saat-saat
menjelang kematian. Ia mengokohkan hati kaum mukmin dengan ucapan :
'jangan bersedih, jangan takut, dan bergembiralah'. Kata-kata ini sangat
penting saat kita masih hidup di dunia, saat menjelang kematian, saat
di dalam kubur, dan saat di akhirat kelak.
Ketika seorang mukmin tidur, sedang ia masih mempunyai wudhu, malaikat
akan tinggal di sekitar bajunya. Maka malaikat (milik) orang mukmin akan
turut memerangi musuh-musuhnya. Malaikat (milik) seorang mukmin juga
memperkokoh, dan memberi dorongan pada si mukmin. Tidaklah pantas orang
cemas bertetangga dengan mukmin seperti itu, apalagi mengganggu,
mengusirnya, atau menjauhinya. Sedang malaikat senantiasa menyertainya.
Bila kita sudah berteman dengan malaikat, masihkah kita bersedih hati
atau takut menghadapi hidup ini? Malaikat akan selalu memberikan
ketentraman ke dalam hati kita, selagi kita berteman dengannya.
Pertemanan dengan malaikat ini tidak rusak kecuali jika kita melakukan
maksiat. Untuk itu jauhilah yang satu ini.
Jika kita sudah bersahabat dengan malaikat, masihkah kita perlu
bersahabat dengan jin dan syetan, untuk menjaga diri dan harta kita?
Tidak. Kita tak pantas berteman dengan mereka, bahkan mereka
sesungguhnya musuh yang sangat nyata.
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan,
karena sesungguhnya syetan itu adalah musuhmu yang nyata bagimu.
Sesungguhnya syetan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui." (Q.S. al-Baqarah: 168-169).
Agar kita lebih dekat dengan malaikat dan jauh dari pengaruh syetan,
maka jauhi maksiat. Tinggalkan segala perbuatan dosa, dan gantilah
dengan segala kebaikan. Insya-Allah kita selamat.
( http://alqalam.8m.com/vi/qal33.htm )
Langganan:
Postingan (Atom)