Tidaklah sekelompok orang duduk di suatu tempat untuk berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla melainkan para malaikat akan meliputi mereka, rahmat menyelimuti mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab ad-Dzikr wa ad-Du’a wa at-Taubah wa al-Istighfar, hadits no. 2700, lihat Syarh Nawawi [8/291])

Rabu, 06 Juni 2012

Fitnah Dunia (Realita & Solusi)
-----------------------------------
Segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna, yang memiliki sifat dan asmaul husna. Dia yang menjadikan pada setiap keadaan yang dialami oleh seorang mu'min tiada lepas dari ni'mat maupun hikmah. Dia bebankan ibadah kepada hamba-Nya sebatas kemampuan yang mereka miliki, padahal itu merupakan kebutuhan mereka, namun Dia pula yang akan memberikan pahalanya; sekalipun mereka banyak lupa dan lalai, namun luas ampunan-Nya tiada terbatas.

Mughirah bin Habib ketika ditanya: Bagaimana kabarmu pagi ini ?
Ia menjawab:
أَصْبَحْنَا مُغْرَقِينَ فِي النِّعَمِ مُوَقَّرِينَ مِنَ الشُّكْرِ يَتَحَبَّبُ إِلَيْنَا رَبُّنَا وَهُوَ عَنَّا غَنِيٌّ، وَنَتَمَقَّتُ إِلَيْهِ وَنَحْنُ إِلَيْهِ مُحْتَاجُونَ
"Pagi ini kami telah tenggelam dalam kenikmatan, akan tetapi berat rasanya untuk bersyukur, (Allah) Tuhan kami begitu mencintai kami padahal ia tidak butuh kepada kami, sementara kami sering membuat-Nya murka padahal kami sangat butuh kepada-Nya". (Hilyatul Auliya': 6/248)

Akhir zaman…, merupakan masa yang diliputi cobaan dan tantangan, keimanan seseorang benar-benar dipertaruhkan guna menghadapi kancah yang berakhir dengan keberuntungan husnul khotimah atau kerugian fatal suu'ul khotimah –wal 'iyadzu billah-. Oleh karenanya ilmu syari'at merupakan harga mati bagi setiap insan yang mengharapkan kesuksesan, sebaliknya semakin jauh ilmu tersebut, maka akan semakin berbahaya akibatnya.

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:
(( يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ ))
"Akan datang suatu masa, pada saat itu orang yang sabar (dalam mempertahankan) agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api" (HR. Tirmidzi dan dishohihkan oleh Asy-Syekh Al-Albani).


Beliau Shalallahu alaihi wasallam juga memberitahukan:
(( لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ ))
"Tiada datang suatu zaman melainkan yang datang setelahnya lebih buruk dari sebelumnya, hingga kalian menghadap (Allah) Tuhan kalian " (HR. Bukhori).
Al hafidz Ibnu Hajar : menyimpulkan ma'na hadits ini setelah menukil banyak pendapat para ahli hadits dengan menukil pernyataan Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu:
لَسْتُ أَعْنِي رَخَاءً مِنَ الْعَيْشِ يُصِيبُهُ وَلَا مَالًا يُفِيدُهُ, وَلَكِن لَا يَأْتِي عَلَيْكُم يَوْم الا وَهُوَ أَقَلُّ عِلْمًا مِنَ الْيَوْمِ الَّذِي مَضَى قَبْلَهُ, فَإِذَا ذَهَبَ الْعُلَمَاءُ اسْتَوَى النَّاسُ, فَلَا يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا يَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ, فَعِنْدَ ذَلِكَ يَهْلَكُونَ
"Aku tidak maksudkan kemewahan hidup atau sesuatu yang tidak bermanfaat, akan tetapi tidaklah datang sebuah zaman melainkan ilmu yang datang setelahnya lebih sedikit, jika para ulama telah meninggal, manusia-pun setara. Mereka tidak mengajak kepada kebaikan dan tidak mencegah dari kemungkaran, ketika itulah mereka akan binasa".

Dalam riwayat yang lain Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu menegaskan:
أَمَا إِنِّي لَا أَعْنِي أَمِيرًا خَيْرًا مِنْ أَمِيرٍ وَلَا عَامًا خَيْرًا مِنْ عَامٍ وَلَكِنْ عُلَمَاؤُكُمْ وَفُقَهَاؤُكُمْ يَذْهَبُونَ ثُمَّ لَا تَجِدُونَ مِنْهُمْ خَلَفًا وَيَجِيءُ قَوْمٌ يُفْتُونَ بِرَأْيِهِمْ
"Aku tiada maksudkan penguasa yang satu lebih baik dari yang lain, suatu tahun lebih baik dari tahun yang lain, akan tetapi ahli ilmu dan fiqih kalian yang akan meninggal, kemudian kalian tidak mendapatkan pengganti mereka, hingga datanglah sebuah kaum yang berfatwa dengan pendapat mereka (semata)". (Fathul bari: 13/21).

Semakin jauh kita dari zaman nubuwwah (kenabian), semakin jarang pula ilmu yang benar dengan banyak wafatnya para ulama', keadaan buruk ini diperparah dengan banyaknya al ghozwul fikriy (perang pemikiran) melalui berbagai macam sarana, hingga jelaslah dengan nyata di hadapan kita keterasingan agama ini, beserta para pemeluknya, sunnah pun dikatakan perkara baru, yang baru dikatakan sunnah.

Jauh-jauh hari sahabat Ibnu Mas'ud Radiyallahu anhu menuturkan:
"Bagaimana keadaan kalian nanti jika sebuah fitnah menimpa, sehingga orang tua lekas pikun, anak kecil cepat dewasa, mereka menjadikannya sebuah sunnah, sehingga ketika fitnah itu hendak dirubah, merekapun memekik: akankah sunnah ini dirubah? ".(Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 7/452).

Oleh karenanya Syekh Abdus salam Barjas menegaskan dalam tulisannya bahwa kita sedang berada pada zaman yang tak lepas dari dua kenyataan:
1. Minimnya pengetahuan tentang agama.
2. Tersebarnya pemikiran-pemikiran yang melenceng dari kebenaran. (Mu'amalatul hukkam, hal. 15).

Saudaraku…! Allah Taala tidak terlalu banyak menuntut kita, setidaknya dalam menghadapi sisa-sisa umur dunia, kita perbaiki ketakwaan kepada-Nya, karena banyak sekali orang menasihatkan ketakwaan, namun sedikit saja orang yang merealisasikan, sebagaimana telah diingatkan oleh Umar bin Abdul Aziz. Inilah yang perlu kita tanamkan agar ketakwaan tersebut tercapai, benar apa yang diucapkan Ibnu Rojab:"Dasar dari ketaqwaan (dengan artian menghindar dari penyebab murka Allah) adalah seseorang mengetahui apa yang harus dihindari, baru kemudian menghindar darinya".

Sejatinya ketakwaan itu bukan hanya sebatas ibadah yang khusyu', maupun adab dan sopan santun saja, akan tetapi ia adalah tauhid, ia juga dipahami dengan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wasallam yang menyeluruh, seperti apa yang dijelaskan oleh sahabat Ibnu Mas'ud ketika ditanya tentang orang-orang yang bertaqwa, beliaupun menjawab:
قَوْمٌ اتَّقَوُا الشِّرْكَ وَعِبَادَةَ الْأَوْثَانِ، وَأَخْلَصُوا لِلَّهِ بِالْعِبَادَةِ
"(Mereka adalah) sekelompok orang yang menghindari kesyirikan maupun penyembahan berhala, sedangkan mereka memurnikan ibadah hanya kepada AllahTaala ".

Thalq bin Habib : memberikan pengertian takwa dengan perkataannya:
أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللَّهِ, عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ, تَرْجُو ثَوَابَ اللَّهِ، وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللَّهِ, عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ, تَخَافُ عِقَابَ اللَّهِ
"Engkau berbuat taat kepada Allah, sesuai dengan cahaya (petunjuk) dari-Nya, sambil mengharap pahala-Nya, engkau tinggalkan pula segala bentuk ma'siat, sesuai dengan cahaya (petunjuk) dari-Nya, dengan diiringi rasa takut akan siksa-Nya". (Lihat pembahasan takwa dalam kitab Jami'ul ulum wal hikam hal. 400).

Ternyata kemudahan itu cobaan.
--------------------------------------
Banyak orang sukses ketika Allah Taala uji dengan musibah, kekurangan maupun kesulitan, akan tetapi alangkah jarang kesuksesan tersebut ketika ujian itu berupa kelapangan rizqi, kemudahan dan kebahagiaan, bahkan untuk menyadarinyapun jarang. Padahal kedua hal ini bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, hanya tergantung sikap penerimanya. Allah Taala berfirman artinya:
"Dan Kami ujikan kepada kalian keburukan dan kebaikan sebagai cobaan".(QS. Al-Anbiya': 35).

Lebih dari itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam memberikan penegasan yang selayaknya dicerna oleh sebagian orang yang hanya menilai kesuksesan dari sisi materi, bahkan mereka menjadikannya sebagai sebab penting keterpurukan Islam, betapa gamblangnya hadits ini memberikan penilaian:
(( وَاللَّهِ لاَ الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ ))
"Aku tidaklah khawatir kemiskinan yang menimpa kalian, akan tetapi aku justru khawatir akan dibentangkan dunia, kemudian kalian berebut untuk mendapatkannya seperti orang-orang sebelum kalian, hingga dunia itu membinasakan kalian sebagaimana sebelumnya telah membinasakan mereka" (Muttafaqun Alaih). Bersambung... (Oleh : Emha Hasan Ayatullah Lc)
http://www.facebook.com/pages/STDI-Imam-Syafii-Jember/171540336202400

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget